Return to site

Risiko Diabetes: Tidur Siang Berlebihan & Hubungannya Dengan Diabetes

July 10, 2023

Mengistirahatkan diri dengan tidur siang selama satu jam atau lebih pada siang hari bukanlah tidur yang memadai. Sungguh mengejutkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidur siang sebenarnya meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 sebesar 45 persen. Namun, risiko diabetes tersebut tidak terlihat pada tidur siang kurang dari 60 menit.

Tidur merupakan komponen penting dari gaya hidup sehat, bersama dengan pola makan yang seimbang dan olahraga teratur. Namun, bagi mereka yang mengalami kurang tidur di malam hari, mereka berada dalam pola hidup yang tidak sehat. Berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat meningkatkan risiko penyakit metabolik. Ada beberapa individu yang perlu tidur siang karena merasa sangat mengantuk di siang hari akibat masalah tidur di malam hari atau kurang tidur secara umum. Para peneliti telah melakukan analisis terhadap penemuan penelitian lainnya untuk menginvestigasi hubungan antara tidur siang dan risiko penyakit metabolik.

Berangkat dari hasil pencarian dalam database elektronik atas artikel-artikel yang diterbitkan hingga tahun 2016, analisis ini melibatkan 307.237 partisipan dari wilayah Barat dan Asia yang terdapat dalam 21 laporan penelitian. Para peneliti menyimpulkan bahwa data yang terkumpul menunjukkan bahwa tidur siang selama satu jam atau lebih secara signifikan meningkatkan risiko diabetes tipe 2 sebesar 45 persen dibandingkan dengan tidak tidur siang.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada efek yang terlihat pada risiko diabetes atau sindrom metabolik ketika tidur siang dilakukan dalam rentang waktu sekitar 40 menit per hari. Namun, terdapat peningkatan risiko yang signifikan secara klinis ketika tidur siang dilakukan dalam waktu yang lebih lama, yaitu 60 menit atau lebih. Meskipun demikian, temuan dari penelitian ini juga mengungkapkan bahwa tidur siang, baik yang berdurasi pendek maupun panjang, tidak memiliki hubungan dengan peningkatan risiko obesitas.

Penelitian lainnya melibatkan 398 pasien Jepang yang menderita diabetes tipe 2 atau gangguan toleransi glukosa. Mereka diminta untuk mengisi kuesioner yang dirancang sendiri. Kuesioner ini mengumpulkan informasi mengenai durasi tidur mereka, kualitas tidur, serta faktor-faktor seperti lamanya waktu yang dibutuhkan untuk tidur, seringnya terbangun di malam hari, dan kecenderungan untuk bangun lebih awal dari waktu yang diinginkan di pagi hari. Selain itu, kuesioner juga menanyakan mengenai tingkat kantuk di siang hari. Para peneliti mengambil sampel darah dari partisipan untuk menganalisis kadar HbA1c mereka. HbA1c adalah biomarker untuk diabetes yang mencerminkan kadar gula darah dalam beberapa minggu atau bulan terakhir, dan berguna untuk mengevaluasi kemampuan pasien diabetes tipe 2 dalam mengontrol gula darah mereka. Peningkatan kadar HbA1c pada pasien dengan diabetes menunjukkan risiko komplikasi yang lebih tinggi.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien diabetes tipe 2 yang tidur malamnya kurang dari lima jam memiliki kadar HbA1c yang lebih tinggi daripada pasien dengan durasi tidur malam lebih dari enam jam, sehingga meningkatkan risiko komplikasi. Namun, tidur siang tampaknya dapat mengurangi kadar HbA1c pada pasien diabetes tipe 2 yang tidur malamnya kurang, sehingga mencapai tingkat yang lebih sehat sebanding dengan pasien yang tidur lebih lama. Secara keseluruhan, peneliti menemukan bahwa kurangnya kepuasan tidur berhubungan dengan gangguan dalam mengontrol gula darah pada pasien diabetes tipe 2, yang pada akhirnya meningkatkan risiko komplikasi. Tidur siang dapat mengurangi risiko komplikasi bagi pasien dengan durasi tidur malam yang pendek dan juga bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah.

Melalui kedua penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa seseorang memiliki risiko terkena diabetes tipe 2 jika mereka memiliki waktu tidur yang pendek dalam 24 jam dan membiarkannya berlangsung dalam jangka waktu yang lama atau rutin. Tidur siang yang berdurasi panjang, sebagai pengganti tidur malam yang tidak berkualitas, dapat memberikan manfaat yang baik bagi pasien diabetes dalam mencegah komplikasi. Namun, bagi mereka yang sudah mendapatkan tidur malam yang cukup dan kemudian menambahkan tidur siang selama lebih dari 60 menit, mereka justru berisiko terkena diabetes tipe 2.