Penggunaan metformin dapat menurunkan kadar protein hemoglobin yang membawa oksigen dalam darah, sehingga meningkatkan risiko anemia pada penderita diabetes tipe 2. Metformin adalah obat umum yang diresepkan ooleh dokter untuk pasien diabetes tipe 2. Ini adalah salah satu obat yang awalnya diresepkan untuk mengurangi kadar glukosa dan meningkatkan sensitivitas insulin. Untuk konsumsi, metformin dapat dikonsumsi secara tunggal atau dengan obat lain untuk merawat pasien dengan diabetes tipe 2 sesuai dengan arahan dokter.
Perkembangan diabetes dapat menyebabkan kerusakan ginjal, kondisi ini juga dapat menyebabkan anemia. Penggunaan metformin dalam dua penelitian menunjukkan bahwa hal itu dapat menurunkan kadar protein hemoglobin yang membawa oksigen dalam darah. Obat lain yang dapat menurunkan hemoglobin termasuk penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE), fibrat, dan tiazolidinedion. Berdasarkan hasil analisis studi yang bertajuk A Diabetes Outcome Progresi Trial (ADOPT) dan UK Prospective Diabetes Study (UKPDS), secara kolektif menunjukkan risiko anemia dalam beberapa tahun pertama setelah memulai metformin. Tujuan studi ini adalah untuk menggabungkan hasil uji coba untuk mendeteksi hubungan antara penggunaan metformin dan peningkatan, tingkat anemia sedang pada pasien dengan diabetes tipe 2.
Studi mendefinisikan anemia sebagai ukuran hemoglobin <11g/dL saat mengevaluasi hasil. Penting untuk menentukan berapa banyak penurunan hemoglobin yang terjadi dengan metformin dan berapa lama kadarnya terus lebih rendah dari biasanya.
Hasil test ADOPT telah membandingkan pasien yang memakai metformin, sulfonylureas, dan thiazolidinediones dengan risiko anemia selama 5 tahun masa tindak lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan anemia pada pasien yang memakai metformin lebih signifikan dengan rasio odds 1,93 bila dibandingkan dengan sulfonilurea, dan empat kali lipat untuk mereka yang memakai tiazolidinedion dengan rasio odds 4,8. Juga, hemoglobin dan hematokrit menurun pada awal enam bulan terapi dengan metformin, tetapi tidak ada penurunan setelah tiga tahun.
Hasil testUKPDS menunjukkan hasil yang serupa dengan rasio odds berkembangnya anemia paling besar dengan metformin pada 3,40, dengan 0,96 untuk sulfonilurea, dan 1,08 untuk terapi insulin. Kadar hemoglobin turun tiga tahun untuk pasien yang menggunakan metformin. meskipun, pada enam dan sembilan tahun, hemoglobin telah berkurang pada semua peserta terlepas dari terapinya. Oleh karena itu, pada kedua percobaan ini, risiko anemia harus diamati pada awal terapi. Penurunan hemoglobin memang tidak dianggap serius dari semua penelitian yang dianalisis tetapi cukup untuk dikategorikan sebagai risiko anemia sedang.
Data ini menunjukkan bahwa metformin dikaitkan dengan peningkatan risiko anemia pada pasien diabetes tipe 2. Peneliti tidak menyarankan penghentian pengobatan ini pada semua pasien terlepas dari apakah mereka menderita anemia atau tidak. Namun, hasil studi ini meinginkan pasien memahami bahwa mengonsumsi metformin membuat mereka berisiko mengalami anemia di awal terapi. Pasien harus disarankan untuk menghubungi dokter mereka jika mereka mengalami gejala yang berhubungan dengan anemia. Meskipun mekanisme penurunan hemoglobin dengan penggunaan metformin tidak pasti, penting untuk diketahui bahwa hal itu dapat terjadi. Sebagai catatan dari hasil penelitian ini, bahwa mekanisme bagaimana metformin menyebabkan anemia masih belum diketahui secara pasti.
Ilustrasi (c) Unsplash.com