Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penderita diabetes yang cukup tinggi. Berdasarkan rilis yang dikeluarkan oleh UNAIR, penderita diabtes di Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan dari 10 juta menjadi 16.7 juta pada tahun 2024 mendatang. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi kita sebagai masyarakat. Memang, kita dapat bergantung pada pemerintah untuk melakukan upaya maksimal bagi kesehatan masyarakat melalui Menteri Kesehatan. Tetapi, kesehatan kita adalah tanggung jawab kita secara pribadi, maka tidak ada alasan bagi pemerintah untuk menghentikan diabetes warganya jika dari individu tidak melakukan tindakan pencegahan. Perlu diketahui, dari rilis yang dikeluarkan oleh UNAIR menyebutkan, Apabila penyakit diabetes ini tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan risiko penyakit lain yaitu infeksi saluran kemih. Infeksi ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula penderita diabetes yang menyebabkan sirkulasi sel darah putih menjadi tidak bekerja maksimal dan proses pengosongan kandung kemih yang tidak tepat membuat urin yang berada pada kandung kemih terlalu lama. Lamanya urin berada di dalam kandung kemih ini pun mengakibatkan bakteri mengalami perkembang biakan yang tidak dapat dikontrol, termasuk pertumbuhan bakteri pathogen,
Adapun gejala-gejala klinis yang ditimbulkan dari infeksi saluran kemih ini diantaranya adalah sistitis akut, bakteuria asimptomatik. Pielonefritis akut dan juga urosepsis berat. Umumnya, infeksi saluran kemih ini cendereung diderita oleh penderita diabetes dari kaum wanita dengan prevalensi 50-60%. Masalah yang berkepanjangan dari diabetes selain infeksi kandung kemih diantaranya adalah nefropati diabetes serta sistopati.
Berdasarkan dari rilis tersebut, ditemukan prevalensi infeksi saluran kemih pada penderita diabetes dengan prevalensi sebesar 3.93%. Kultur pada urin menunjukkan adanya bakteri yang didominasi oleh bakteri gram negatif atau Eschericia coli dan juga bakteri gram positif atau Enterococcus faecalis. Selain itu, juga ditemukan bakteri yang resisten terhadap antibiotic seperti Escherichia coli MDRO. Klebsiella pneumoniae MDRO dan Acinetobacter baumanii MDRO. Berdasarkan data rekam medis ditemukan bahwa pasien yang terinfeksi oleh mikorogasnime resiten tersebut berasal dari pasien rawat inap (infeksi nosocomial) akan tetapi penarikan kesimpulan tetap memerlukan studi genetik guna memastikan spesies mikoorganisme resistan tersebut dan membutuhkan populasi yang lebih banyak sehingga dapat memperoleh kesimpulan yang lebih representatif.
Ilustrasi (c) Unsplash.com