Tidur siang yang panjang selama satu jam atau lebih pada siang hari bukanlah tidur yang berkualitas. Bahkan, jika Anda mencari informasi lebih lanjut, berdasarkan berbagai penelitian, tidur siang meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 sebesar 45 persen. Namun para peneliti belum menemukan peningkatan risiko diabetes yang disebabkan oleh tidur siang kurang dari 60 menit.
Tidur adalah komponen penting dari gaya hidup sehat, bersama dengan diet yang baik dan aktivitas fisik yang tepat. Namun, untuk Anda yang kurang tidur malam, maka Anda sudah berada pada pola gaya hidup tidak sehat. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur meningkatkan risiko penyakit metabolik. Beberapa orang tidur siang karena mengantuk berlebihan di siang hari akibat gangguan tidur, atau tidak cukup tidur di malam hari. Para peneliti menganalisis temuan dari penelitian lainnya untuk menyelidiki hubungan antara tidur siang dan risiko penyakit metabolik.
Berdasarkan hasil pencarian database elektronik untuk artikel yang diterbitkan hingga 2016. Analisis ini melibatkan 307.237 orang Barat dan Asia di 21 laporan. Para peneliti mengatakan data yang dikumpulkan mengungkapkan bahwa tidur siang satu jam atau lebih secara signifikan meningkatkan risiko diabetes tipe 2 sebesar 45 persen, dibandingkan dengan tidak tidur siang.
Pada hasil analisis menunjukkan tidak ada efek pada risiko diabetes atau sindrom metabolik untuk tidur siang hingga sekitar 40 menit sehari, diikuti oleh peningkatan tajam dalam risiko pada waktu yang lebih lama, menjadi 'signifikan secara klinis' pada 60 menit atau lebih. Namun, temuan dari hasil penelitian ini mengungkapkan tidur siang tidak terkait dengan peningkatan risiko obesitas baik untuk tidur siang yang lebih pendek atau lebih lama.
Dari hasil penelitian lainnya, yang melibatkan sebanyak 398 pasien Jepang dengan diabetes tipe 2 atau gangguan toleransi glukosa, meminta mereka untuk mengisi kuesioner yang dikelola sendiri. Kuesioner mengumpulkan informasi mengenai durasi tidur mereka, dan kualitas tidur, termasuk faktor-faktor seperti lamanya induksi tidur, bangun di malam hari, dan bangun lebih awal dari yang diinginkan di pagi hari, serta kantuk di siang hari. Para peneliti mengambil sampel darah dari para peserta untuk menganalisis kadar HbA1c mereka. HbA1c adalah biomarker untuk diabetes dan menunjukkan kadar gula darah selama beberapa minggu atau bulan terakhir, dan untuk mengetahui kemampuan pasien diabetes tipe 2 dalam mengontrol kadar gula darah. Pada pasien dengan diabetes, kadar HbA1c yang lebih tinggi menunjukkan risiko komplikasi yang lebih tinggi dari diabetes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien diabetes tipe 2 dengan durasi tidur malam pendek kurang dari lima jam memiliki kadar HbA1c lebih tinggi daripada durasi tidur malam lainnya (enam jam atau lebih), menempatkan tidur malam pendek pada risiko lebih besar untuk komplikasi. Namun, tidur siang untuk pasien diabetes tipe 2 dengan durasi tidur malam yang pendek tampaknya menurunkan kadar HbA1c ke tingkat yang lebih sehat serupa dengan pasien dengan durasi tidur yang lebih lama. Secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa kepuasan tidur yang buruk berkorelasi dengan gangguan kemampuan untuk mengontrol gula darah pada pasien dengan diabetes tipe 2, sehingga meningkatkan risiko komplikasi. Tidur siang dapat mengurangi risiko komplikasi bagi pasien dengan durasi tidur malam yang pendek dan dapat bermanfaat untuk mengontrol gula darah.
Dari kedua hasil penelitian ini, menunjukkan kesimpulan bahwa jika seseorang memiliki waktu tidur yang lebih pendek dalam 24 jam dan itu berlangsung dalam waktu yang cukup Panjang atau rutin, maka orang tersebut akan memiliki risiko terkena diabetes tipe 2. Tidur siang yang Panjang, untuk mengganti tidur malam yang kurang berkualitas dapat memberikan manfaat yang baik untuk pasien diabetes dalam mencegah komplikasi. Tetapi, jika Anda memiliki tidur yang cukup di malam hari dan juga menambah jam tidur lebih dari 60 menit di siang hari, maka Anda memiliki risiko diabetes tipe 2.