Seorang pasien diabetes tipe 1 dan tipe 2 dikenal harus menghindari gula atau tidak mengonsumsi gula sama sekali. Faktanya, pasien diabetes juga masih diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan dengan kandungan gula. Hal ini pun sudah sesuai dengan uji klinis. Kunci utama yang harus diperhatikan adalah selalu mengontrol/mengelola kadar gula darah agar mendekati ukuran orang normal. Kedisiplinan yang ketat terhadap rencana manajemen diabetes yang melibatkan diet seimbang dan olahraga, obat-obatan yang tepat, dan pemantauan kadar glukosa darah yang konsisten harus selalu diperhatikan.
Meskipun dibatasi dengan sangat ketat, pasien diabetes tetap dapat mengonsumsi makanan dengan kadar gula yang cukup rendah tergantung pada kadar gula darah yang ada di dalam tubuh pasien tersebut. Namun, karena bahaya yang melekat pada gula rafinasi menjadi lebih terbuka, banyak orang sekarang mencari alternatif yang lebih sehat.
Madu menjadi salah satu pilihan pemanis alternatif yang ada di antara banyak pilihan yang tersedia saat ini. Karena selain rasanya, madu adalah pemanis alami yang terbukti memiliki banyak manfaat kesehatan.
Perbandingan antara madu dengan gula
Madu tercipta dari lebah dengan siklus proses panjang saat memakan, mencerna dan memuntahkan nektar bunga. Lebah menyimpan produk dalam sel sarang lebah yang menguapkan kelembapan, sehingga menciptakan cairan kental dan halus yang dikenal sebagai madu.
Madu memiliki kandungan 80% karbohidrat dan 20% air, dengan karbohidrat yang terdapat pada madu merupakan kombinasi glukosa dan fruktosa. Dalam takaran satu sendok makan 21g madu mengandung, 64 kalori, 25 gr gula pasir, 0,6g protein, 0,4g serat.
Madu juga mengandung berbagai antioksidan, vitamin, dan mineral seperti potasium, kalsium, seng, dan vitamin C yang memberikan khasiatnya yang bermanfaat.
Sementara itu, satu sendok makan 21g gula mengandung hampir 80g kalori dan tidak mengandung nutrisi. Antara madu dan gula, tubuh lebih mudah memecah madu. Madu dicerna menggunakan enzim yang sudah ada di dalam madu, sedangkan gula membutuhkan enzim yang harus dibuat oleh tubuh.
Perbedaan terbesar antara gula rafinasi dan madu adalah indeks glikemik (GI). Indeks glikemik berkaitan dengan seberapa cepat karbohidrat dapat meningkatkan kadar gula darah seseorang. Madu memiliki GI 58, sedangkan gula memiliki GI 60. Perbedaannya tidak begitu signifikan karena keduanya pada intinya adalah gula. Tapi fakta ilmiah, bahwa gula meja/gula dapur meningkatkan kadar glukosa darah lebih cepat daripada madu.
Madu dan Diabetes
Madu adalah gula dan karbohidrat alami. Oleh karena itu, madu juga akan selalu memengaruhi kadar gula darah seseorang. Namun, dibandingkan dengan gula meja, ia memiliki efek glikemik yang lebih minimal.
Sebuah studi antara efek madu dan gula pada kadar glukosa darah individu dengan dan tanpa Diabetes Tipe 2 mengungkapkan bahwa madu dan sukrosa menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah peserta, mereka yang mengonsumsi madu mengalami penurunan kadar gula darah. yang tetap rendah selama dua jam.
Peneliti yang sama melakukan penelitian serupa dengan orang dewasa dengan Diabetes Tipe 1 dan menghasilkan hasil yang sama, kadar gula darah mereka yang mengonsumsi madu menurun setelah enam puluh menit dan tetap rendah.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa madu, tidak seperti gula meja, dapat mengaktifkan peningkatan produksi insulin tubuh, yang merupakan zat utama yang bertanggung jawab untuk mengatur kadar glukosa darah.